Kelompok 5
CB Professional Development
Rizky Natasha – 1701372274
Haura Asrar Nadhira – 1701358300
Vivian Kohar – 1701321273
Cindy Poniati – 1701357475
Di Indonesia yang memiliki keragaman
suku, ras dan budaya juga agama sangatlah penting untuk menjaga kerukunan
hidup. Pada kesempatan ini kelompok kami berkesempatan untuk mewawancarai
beberapa pemuka agama mengenai “Pentingnya Menjaga Kerukunan Antar Umat
Beragama Untuk Menjaga Keutuhan NKRI dan Melangsungkan Pembangunan Nasional”. Sebelumnya kami mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan, tujuan dilaksanakannya wawancara ini agar menambah wawasan kami mengenai kerukunan antar umat beragama. Berikut hasil wawancara kami.
Pdp. Ernest Doddy, S.Th
GBU Altar Filadefia
Q: Menurut Anda, apa arti dari
kerukunan agama? Perilaku seperti apa yang disebut sebagai kerukunan antar umat
beragama?
A: Pada hakikatnya, tidak ada satu
agamapun di dunia ini yang mengajarkan kerusakan. Setiap agama memiliki satu
visi yang sama yaitu mengajarkan kebaikan pada seluruh umat di dunia. Mengenai
kerukunan antar umat beragama, pilar utama nya adalah saling mengenal dan
memahami satu sama lain. Jika kita saling mengenal dan mengerti siapa jati diri
kita, siapa orang yang berada di sekitar kita, kekacauan tidak akan ada.
Keregangan antar umat akan berujung pada perselisihan yang berakhir dengan
kerusakan.
Hal dasar yang harus dipahami, memang
berasal dari diri sendiri, sejauh mana kita memahami ajaran agama kita. Peran
pemuka agama menjadi sangat penting karena beliau-beliau lah yang menanamkan
pemahaman tentang kebenaran ajaran masing masing agama.
Q: Di Indonesia sendiri memiliki
bermacam-macam agama. Apa tanggapan Anda mengenai hal ini?
A: Indonesia memiliki berkah yang
harus kita syukuri bersama. Dengan banyaknya agama yang dianut di Indonesia,
menurut saya pribadi, tidak masalah. Karena semua agama yang telah disahkan
oleh Departemen Agama, sudah melalui proses panjang oleh Pemuka-nya dan sudah
disahkan oleh masing masing Pemuka karena sudah dianggap benar dan sesuai
koridor ajaran agamanya. Agama yang sudah diakui oleh Pemerintah, tentunya
sudah mencukupi syarat dan sudah berada dalam naungan Pancasila.
Q: Apa tanggapan Anda mengenai
realisasi kerukunan antar umat beragama di masyarakat saat ini?
A: Seperti yang sudah saya sebutkan
tadi, pada point satu, adalah ideal nya kita dalam bersikap sebagai sesama umat
yang menunaikan masing masing keyakinan. Tapi pada kenyataaan, bentuk ideal itu
masih belum bisa 100% terlaksana. Karena apa? Tanpa bermaksud untuk
menyinggung, kenyataannya masih banyak diantara kita yang menjalankan keyakinan
kita sebatas teori saja, belum sampai pada pengamalan apalagi sampai pada
pemahaman yang mendalam mengenai ajaran keyakinan masing masing. Sekali lagi,
disinilah peran Sang Pemuka sangat penting. Pemuka harus mengajarkan pemahaman
yang baik dan holistik pada umat, pemahaman tentang kebenaran sesuai koridor
agamanya. Pemuka harus menanamkan pemahaman hubungan antar umat beragama untuk
tidak memandang segala perbedaan yang ada. Alih-alih memandang perbedaan, akan
lebih baik jika kita memandang segala sesuatu yang berangkat dari satu
persamaan, yaitu kebaikan.
Yang terpenting adalah dalam
praktiknya dalam kehidupan sehari hari. Di Islam pun, ada satu pemuka yang saya
kagumi cara pemikiran dan penyampaiannya, yaitu Ustadz Zakir. Beliau pernah
diundang dalam satu dialog atau ceramah agama Kristen. Beliau menyebutkan, kita
sebagai sesama umat beragama, sama sama memilki Tuhan tentunya sesuai dengan
versi kita masing masing. Tuhan kita, adalah gambaran nyata dalam kehidupan
kita dan berdasarkan hati nurani kita. Jalan yang kita pilih memang berbeda,
aqidah kita memang berbeda, tetapi maksud dan niatan hati kita sama. Sama sama
memiliki Tuhan dan sama sama berkeinginan untuk Bertuhan.
Pemikiran ustadz tersebut sangat saya
tanggapi secara positif karena sebagai seorang Pemuka, yang setiap tutur kata
nya menghasilkan dampak pada umatnya, beliau mengajarkan untuk menerima setiap
umat beragama tanpa memandang perbedaan. Toleransi yang seperti inilah, yang
saya harapkan. Dalam acara keagamaan atau hari besar Kristen, saya sering
melihat banyak mobil-mobil panser NU yang ikut menjaga ketenangan dan kedamaian
selama proses ibadah berlangsung. Dari agama Kristen pun, para Pemuka kami juga
mengusahakan hal serupa.
Q: Faktor apa saja yang dapat menunjang
dan mengurangi kerukunan agama di masyarakat?
A: Faktor yang memicu kerenggangan,
sangat mudah. Di Asia ini, agama memegang peranan penting dalam masyarakat.
Jika berkaitan dengan agama, tidak ada satu umat pun yang rela agamanya dihina
atau direndahkan. Oleh karena itu, segala bentuk provokasi sangat mudah memicu
pertikaian. Setiap umat pasti akan membela keyakinannya, meski dia bukan
termasuk umat taat, tetapi saat agama nya dilecehkan, pasti mereka akan
tergerak. Disini lah, kembali lagi pada Pemuka. Pemahaman seperti apa yang
diajarkan pada umat. Belajar dari Ustadz Zakir tadi, alih-alih memandang
perbedaan, lebih baik menetralkannya untuk belajar saling menerima keberadaan
satu sama lain.
Faktor merekatkannya, kembali pada
saling mengenal dan memahami tadi. Jika kita saling memahami, pertikaian tidak
akan terjadi. Jika kita saling memahami, kita akan mau saling bantu dan akan
lebih toleransi. Jika Masjid dan Gereja saling bahu membahu, kebersamaan akan
terbentuk. Selain itu, kita juga harus memerhatikan orang-orang yang kurang
mampu di sekitar kita, tanpa memandang agamanya. Misalnya, kita tidak membangun
Gereja yang megah di kawasan yang miskin karena toleransi dan harus saling
memahami tadi.
Q: Apakah perbedaan suku, ras, dan
budaya dapat mempengaruhi kerukunan agama?
A: Menurut saya pribadi, semua hal
yang disebutkan diatas sangat berpengaruh. Dari hal kecil saja, misalkan dengan
tetangga. (Tanpa bermaksud menyudutkan), tetangga saya adalah orang Betawi.
Suatu ketika, tetangga saya melaksanakan acara pernikahan di rumah, daerah
lingkungan kami. Tanpa pemberitahuan sebelumnya, tetangga saya menggelar acara
perayaan yang sangat ramai, sound speaker yang lantang, dan sebagainya.
Sebenarnya hal tersebut tidak masalah jikalau sebelumnya sudah dibicarakan. Disinilah
bentuk toleransi nyata, jika kasus ini tidak disikapi secara arif, pertikaian
akan terjadi yang berujung pada saling menjelekkan agama masing masing.
Belajar dari kasus sederhana tadi,
masalah masalah kecil yang terjadi antar kita, yang berasal dari perbedaan
entah itu suku, ras, budaya, agama, semuanya saling terkait satu sama lain.
Q: Bagaimana pendapat Anda tentang
perbedaan agama di dalam sebuah keluarga? Di Indonesia sendiri, kasus beda
agama ini banyak terjadi sehingga memicu pertengkaran dan kebingungan akan
identitas keyakinan pada sang anak. Menurut anda bagaimana solusi mengatasinya?
A: Saya pribadi, masih berpegang
teguh pada ajaran Kristen, yang saya yakin di agama lain juga sama. Di Islam
pun, juga sama. Yaitu dalam membentuk suatu keluarga, sudah menjadi tugas
kepala keluarga untuk mengajarkan kebenaran sesuai dengan agamanya. Logika
saya, jika kita sudah yakin dan merasa benar dengan keyakinan yang kita jalani,
kita tidak akan mau lagi mencari-cari pembenaran lain di luar sana. Orang
Kristen tidak akan mencari pasangan muslim, misalnya. Atau sebaliknya. Karena
sebagai seorang umat, ia sudah mantap dengan keyakinannya dan tidak akan
berpikiran untuk membangun keluarga yang berbeda keyakinan. Tujuan berkeluarga,
adalah bersatu dan utuh. Saya tetap tidak setuju dengan pernikahan beda agama
ini. Agama bukanlah satu hal fleksibel yang bisa kita campur adukkan dalam hal
prinsip seperti ini. Agama bukanlah hal yang bisa dijalani setengah setengah.
Perlu konsistensi dan totalitas diri.
Q: Apa pendapat Anda tentang kelompok
fanatisme yang ada pada suatu agama?
A: Saya setuju dengan istilah fanatik,
dalam konteks positif tentunya, Setiap umat jika menjalani keyakinannya secara
fanatik, maka ia akan menjalani ajarannya dengan sebaik mungkin dan sesuai
arahan. Kembali lagi pada Pemuka, harus mengajarkan kebenaran dan memberikan
pemahaman sesederhana mungkin sehingga bisa dengan mudah diterima dan dijalani
umatnya tanpa memberikan pemahaman yang ambigu atau multitafsir.
Sikap yang harus ditanamkan ketika
kita menghadapi orang orang yang bertindak “ekstrem” atau radikal, adalah
mencoba untuk merangkulnya. Terkadang kita juga harus menahan diri untuk tidak
berargumen yang berujung debat kusir karena tidak akan menemukan jalan
keluarnya. Cara penyampaian kita pun, harus se-humble mungkin, tanpa bersikap menghakimi.
Pesan saya, apapun agamamu, siapapun
Tuhanmu, jalani keyakinanmu dengan segenap hati dan jiwa. Agama adalah satu
pendekatan yang menggambarkan hubungan antara Tuhan dan mahluk-Nya, dan
hubungan antara satu mahluk dengan mahluk lainnya. Jika kita masing masing
memahami hakikat ajaran agama, kerukunan sudah otomatis akan terbina dan kita
akan hidup berdampingan satu sama lain secara damai.
Ust. Drs. H. Abdul Rochim, M.Ag
Masjid At-Taqwa
Q: Menurut Anda, apa arti dari
kerukunan agama? Perilaku seperti apa yang disebut sebagai kerukunan antar umat
beragama?
A: Kerukunan agama menurut islam
adalah sunnatullah, seperti yang
dituis dalam Al-Qur’an, “Aku tidak diutus
Tuhan kecuali untuk membawa rahmat”. Jadi islam itu membawa rahmat bagi
seluruh umat manusia. Prinsip agama Islam sendiri adalah ajaran tentang
kedamaian dan penuh kasih sayang. Dalam Islam, perilaku kerukunan antar umat
beragama sudah ada di dalam Al-Qur’an terutama dalam surat Al-Kafirun, “Untukmu agamamu, Untukku agamaku”. Jadi
tidak ada dalam Islam untuk melarang agama lain untuk melaksanakan ibadahnya,
apalagi ikut campur dalam keyakinan lain.
Q: Di Indonesia sendiri memiliki
bermacam-macam agama. Apa tanggapan Anda mengenai hal ini?
A: Indonesia adalah contoh terbaik di
dunia ini. Tidak ada negara seindah Indonesia dalam konteks toleransi, kita
saling menghargai dalam melaksanakan ibadah.
Q: Faktor apa saja yang dapat
menunjang dan mengurangi kerukunan agama di masyarakat?
A: Dalam hal ini ada pengaruh
eksternal dan pengaruh internal. Pengaruh eksternal dapat diartikan ada orang
luar Indonesia yang ingin Indonesia dalam keadaan tidak aman, karena dengan
kekuatan besar Indonesia, Indonesia sangat memungkinkan untuk menjadi negara
yang besar dengan sumber daya alam dan sumber daya manusianya yang kuat. Salah
satu faktor sensitif yang mudah dilempar ke masyarakat adalah persoalan agama,
sehingga pengaruh eksternal ini dapat menggoyahkan kerukunan agama di
masyarakat. Selain pengaruh eksternal terdapat juga pengaruh internal yaitu
kemiskinan, kesenjangan sosial, kesenjangan ekonomi, kebodohan dan
keterbelakangan.
Q: Menurut Anda, sikap apa yang harus
ditanamkan dan dibiasakan untuk mencapai kerukunan antar umat beragama?
A: Pertama cintailah tanah air,
seluruh elemen negara harus berpikir bagaimana untuk mencintai tanah air.
Kembali pada jati diri bangsa. Kedua, cintai agama masing-masing, Karena semua
agama mengajarkan kebaikan, jika ada permasalahan seperti terorisme bukan
agamanya yang melenceng, tapi penganutnya, karena tidak ada dalam ajaran agama
manapun yang membenarkan tindakan seperti itu. Ketiga, memperkuat kebersamaan
antar umat manusia sesuai dengan 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara
yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.
Q: Apakah penambahan agama, seperti
Kong Hu Cu mempengaruhi kerukunan agama?
A: Penambahan agama tidak
mempengaruhi kerukunan antar umat beragama, sesuai undang-undang setiap warga
negara punya hak untuk memeluk keyakinan masing-masing. Selama ajaran agama itu
tidak merusak ajaran agama lain maka kerukunan agama ini tidak akan ada masalah.
Q: Apakah perbedaan suku, ras, dan
budaya dapat mempengaruhi kerukunan agama?
A: Pengaruhnya bisa negatif bisa
positif, pengaruh negatif contohnya bisa dilihat dari pergesekan antar agama
yang sering terjadi akibat dari masyarakat yang (maaf) berpengetahuan minim
mengenai agamanya. Positifnya kemajemukan ini akan membanguun bangsa menjadi
sebuah kekuatan yang besar. Bagaimana cara mencapai kekuatan tersebut? Pertama,
jangan melihat perbedaan dari warga negara, lihatlah persamaan. Keduaa, adanya
kenginan untuk sejahtera. Ketiga, saling mencintai karena setiap manusia
hakekatnya memiliki cinta kasih.
Q: Apa dampak dari kerukunan agama
yang lemah?
A: Terjadinya pergesekan antar umat
beragama, dan masalah agama ini menjadi permasalahan yang paling sensitif,
karena jika seseorang memiliki kepercayaannya meskipun tidak memegang teguh
agama tersebut, jika agamanya dihina maka orang tersebut akan merasa
tersinggung dan menyulut emosinya.
Q: Bagaimana pendapat Anda tentang
perbedaan agama di dalam sebuah keluarga? Di Indonesia sendiri, kasus beda
agama ini banyak terjadi sehingga memicu pertengkaran dan kebingungan akan
identitas keyakinan pada sang anak. Menurut anda bagaimana solusi mengatasinya?
A: Saya tidak setuju. Karena saya seorang
muslim, saya berkewajiban membimbing keluarga saya menjadi muslim. Sesuai yang
sudah tercantum dalam Al-Qur’an “Jagalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka”. Sepanjang sudah berusaha maksimal
mendidik keluarga, jika harus keluar dari agama saya maka sudah bukan tanggung
jawab saya lagi. Begitupula dengan pernikahan dengan agama yang berbeda, dalam
islam diharamkan untuk menikah dengan agama yang berlainan sesuai yang sudah
dicantumkan dalam Al-Qur’an.
Q: Apa pendapat Anda tentang kelompok
fanatisme yang ada pada suatu agama?
A: Fanatisme ada dalam semua agama.
Fanatisme muncul karena kebodohan, tidak terbukanya pikiran dan pengetahuan
dangkal mengenai agamanya masing-masing. Pengetahuan yang luas dapat membantu
mencegah fanatisme.
Q: Bagaimana cara menghadapi
keberadaan suatu kegiatan aliran yang menyimpang pada agama?
A: Solusinya kita harus selalu
menginisiasi mereka untuk terus belajar, terus memperdalam ilmu, dirangkul dan dibimbing
ke arah yang benar.
Bantei Gunadio
Vihara Dharmacakra
Q: Menurut Anda, apa arti dari
kerukunan agama? Perilaku seperti apa yang disebut sebagai kerukunan antar umat
beragama?
A: Pada dasarnya semua agama itu
bertujuan baik. Agama berfungsi untuk menuntun moral dan perilaku manusia
menjadi lebih baik. Pribadi yang baik inilah yang menciptakan harmonisasi.
Q: Di Indonesia sendiri memiliki
bermacam-macam agama. Apa tanggapan Anda mengenai hal ini?
A: Keragaman agama ini pasti
berpengaruh dengan kerukunan antar umat beragama. Kuncinya apakah pribadi itu
sendiri mengerti fungsi agama yang sesungguhnya, jika fungsi agama itu tidak
dimengerti, maka pengaruh buruk akan muncul. Solusinya, kita mengganggap agama
seperti pemikiran manusia, pikiran manusia tentu berbeda-beda, namun kita tetap
hidup harmonis. Jika kita menerima agama seperti kita menerima beragam bentuk
pemikiran manusia, maka keharmonisan itu akan terbentuk.
Q: Apa tanggapan Anda mengenai
realisasi kerukunan antar umat beragama di masyarakat saat ini?
A: Dalam Dama dikatakan “Awal munculnya keharmonisan, maka ia harus
harmonis dengan diri sendiri terlebih dahulu”. Sehingga jika seseorang
sudah harmonis dengan dirinya sendiri maka ia akan harmonis kepada orang lain.
Yang dimaksud harmonis dalam konteks ini jangan menganggap diri paling benar dan
paling mampu.
Q: Faktor apa saja yang dapat
menunjang dan mengurangi kerukunan agama di masyarakat?
A: Faktor pertama adaalah komunikasi,
jika berbicara halus, lemah lembut, maka komunikasi yang terjalin akan menjadi
menangkan, kita dapat mengganggap semua orang sebagai sahabat. Dikatakan dalam
Dama “Jika kita ingin menjadi seorang
sahabat, maka kita harus terlebih dahulu menjadi sahabat bagi orang lain”.
Begitupula sebaliknya, jika berkomunikasi dengan nada kasar dan menyinggung
maka akan timbul karakter yang kurang baik. Kedua harus ada hal-hal yang kita
relakan, seperti waktu, pekerjaan, dan hal-hal lain yang harus kita tinggalkan
terlebih dahulu. Ketiga kesabaran, dalam berkomunikasi dengan orang lain maka
kita harus bersabar, meskipun kita tidak sesuai dengan pendapat orang tersebut
maka kita harus bersabar untuk mencegah timbulnya perdebatan yang menyebabkan
ketidakharmonisan.
Q: Apakah perbedaan suku, ras, dan
budaya dapat mempengaruhi kerukunan agama?
A: Kebudayaan sesungguhnya bisa
menimbulkan keharmonisan namun juga bisa menimbulkan ketidakharmonisan. Dapat
diibaratkan seperti sahabat yang makan bersama, mereka bisa memesan makanan
yang berbeda-beda, namun tertap berkumpul harmonis dengan adanya komunikasi dan
kebersamaan.
Q: Apa dampak dari kerukunan agama
yang lemah?
A: Jika ada pemeluk agama yang
menganggap agamanya paling benar maka akan timbul pertengkaran. Otomatis jika
adanya pertengkaran maka muncul kebencian, peperangan dan akan menghancurkan
segalanya.
Q: Bagaimana pendapat Anda tentang
perbedaan agama di dalam sebuah keluarga? Di Indonesia sendiri, kasus beda
agama ini banyak terjadi sehingga memicu pertengkaran dan kebingungan akan
identitas keyakinan pada sang anak. Menurut anda bagaimana solusi mengatasinya?
A: Tidak apa-apa, yang penting ketika
dirumah agama itu dilepas. Tapi ketika kita pergi ke tempat ibadah kita gunakan
kembali. Jika kita berada di rumah maka tujuan utama bukan agama tetapi sebuah
keharmonisan. Jangan sampai agama itu sendiri dianggap sebagai penghalang dalam
keluarga.
Q: Apa pendapat Anda tentang kelompok
fanatisme yang ada pada suatu agama?
A: Dapat dikatakan ini merupakan
kekotoran batin. Dalam hal ini akan menganggap dirinya paling benar. Diawali
dengan mencontoh, melakukannya beberapa kali lalu berubah menjadi watak. Hal
ini akan sulit diarahkan kembali ke ajaran yang benar.
Q: Bagaimana cara menghadapi
keberadaan suatu kegiatan aliran yang menyimpang pada agama?
A: Ketika ada umat yang bertidak
tidak sesuai, maka harus diberi nasehat. Harus mengganggap umat seperti anak
sendiri yang dididik untuk bertindak baik. Jika ada yang berbuat tidak baik
maka harus dilarang, jika kita membiarkan orang tersebut tanpa melarangnya sama
saja seperti kita memberikan izin.